Catatan :

Selasa, 12 Desember 2017

Warga Pacitan bandingkan pengamanan Presiden Jokowi vs SBY


Pacitan (ANTARA News) - Sejumlah warga Kabupaten Pacitan, Jawa Timur membandingkan pola pengamanan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dinilai memiliki perbedaan cukup menyolok.

Salah satu warga Donorojo berlatar belakang pegawai yang mengaku bernama Joko, Sabtu mengatakan, pengamanan Presiden Jokowi terkesan lebih longgar dibanding SBY yang asal Pacitan.

"Dulu saat Pak SBY ke Pacitan, pengamanannya sangat ketat. Warga bahkan tak bisa mendekat dalam radius tertentu," katanya saat menunggu kunjungan Presiden Jokowi di SMPN 1 Arjosari

Menurutnya, kendati banyak aparat dari TNI dan Polri yang dikerahkan untuk melakukan pengamanan, warga masih bisa berlalu lalang di jalur yang dilalui maupun sekitar titik kunjungan Presiden. Hal itu berbeda saat kunjungan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ke Pacitan yang mengharuskan area harus steril menjelang kedatangan orang nomor satu di NKRI saat itu.

"Sebenarnya sama bagusnya, karena tujuannya untuk menjaga keselamatan kepala negara. Namun harus diakui, Pak Jokowi ini rasanya lebih bisa dekat dengan masyarakatnya, lebih membumi," ucapnya.

Kesan serupa diungkapkan sejumlah wartawan yang bertugas di Pacitan dan beberapa kali meliput kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat masih aktif menjadi kepala negara selama dua periode.

Kendatipun Susilo Bambang Yudhoyono notabene merupakan putra daerah Pacitan dan menjadi kebanggaan warga di daerah berjuluk Kota 1001 Goa tersebut. Menurut mereka, standar pengamanan Presiden SBY lebih tinggi, sehingga acapkali bersitegang dengan tim paspampres maupun personel TNI yang menjaga keamanan Presiden.

"Beda ya memang. Ini kami bisa lebih mudah untuk mendekat bahkan wawancara dengan (Presiden) Jokowi," ucap Slamet Widodo, wartawan media elektronik nasional di Pacitan.

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Pacitan untuk meninjau proses pemulihan pascabencana hidrometrologis yang diakibatkan oleh Cempaka sehingga menyebabkan dampak banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah daerah pesisir selatan Jawa, mulai Yogyakarta, Gunung Kidul, Jawa Tengah hingga Pacitan, Jawa Timur.

Di Pacitan, kunjungan Jokowi itu menjadi yang pertama sejak dia dilantik menjadi Presiden ke-7 RI pada 2014. Beberapa titik lokasi yang sempat dia kunjungi antara lain titik tanggul Sungai Grindulu yang jebol di Desa Ploso Kecamatan Pacitan, Ponpes Tremas, SMPN 1 Arjosari


Sumber : antaranews.com


Sabtu, 09 Desember 2017

Santri di Pacitan Minta Izin Bacakan Puisi Khilafah Kami di Depan Jokowi, Hal Tak Terduga Terjadi


TRIBUNNEWS.COM, PACITAN - Presiden Joko Widodo meninjau sejumlah lokasi terdampak bencana banjir di Pacitan, Sabtu (9/12/2017) sore. Satu di antaranya, Pondok Pesantren Tremas yang berada di Dusun Krajan, Desa Tremas, Kecamatan Arjosari.

Tiba di Ponpes Tremas, sekitar pukul 15.30, Presiden Jokowi dan sejumlah rombongan disambut musik rebana dan salawat yang dilantunkan ratusan santri Ponpes Tremas. Meski tampak terburu-buru, Presiden Jokowi menyempatkan memberikan wejangan atau pesan kepada para santri.

Selain itu, Presiden Jokowi juga melempar satu pertanyaan berhadiah, yang dijawab oleh seorang santri bernama Ibnu Labib asal Banyumas. Santri kelas satu mumtaz di Ponpes Tremas ini berhasil menjawab lima sila Pancasila dengan lancar. Namun, setelah menjawab pertanyaan dari Presiden Jokowi, Ibnu tidak langsung turun.

Setelah bersalaman dan mencium tangan Jokwoi, Ibnu meminta izin kepada Presiden Jokowi agar memberikan sedikit waktu untuknya karena ada puisi yang khusus dia buat untuk Jokowi.

"Saya boleh minta waktu nggak pak, buat bacakan puisi," kata Ibnu dengan polos. Sebelum memberikan izin, Presiden Jokowi meminta puisi yang ditulis di selembar kertas itu untuk dibacanya terlebih dahulu.

"Membacakan puisi? Boleh tapi jangan panjang-panjang. Bagus nggak puisinya, sebentar saya baca dulu," katanya.

Beberapa saat kemudian, ia memberikan kembali kepada Ibnu dan mengizinkan untuk dibaca di depan ratusan santri dan para pengurus pondok.

"Nggih mpun, saya nggak bisa baca (tulisannya), nggih, ngih mpun monggo. Tulisane cilik-cilik, " kata Jokowi yang disambut gelak tawa dari pengurus dan santri pondok.

Berikut puisi berjudul "Khalifah Kami" yang dibacakan Ibnu di depan Presiden Jokowi.

"Di hari ini di Pondok Tremas yang kami cintai. 
Datanglah seorang malaikat, yang datang bagai merpati. 
Dengan anggun mengobati gerah hati ini.
Akibat air bah yang mertamu di pondok kami.
Dengan semangatnya memacu energi kami.
Agar kuat menghadapi kenyataan ini.
Kucium semerbak harum akan pengabdian sejati.
Beliaulah khalifah negeri ini, bukan negeri Islam yang pasti. 
Tapi, negeri yang penuh dengan cinta, warna dan budaya. 
Beliaulah khalifah kami, pemimpin kami.
Beliaulah Bapak Jokowi."


Setelah puisi selesai dibacakan, Presiden Jokowi meminta kertas bertuliskan puisi itu dan memasukan ke saku celananya.

"Saya bawa ya, nggih nuwun,"kata Jokowi saat bersalaman dengan Ibnu dan disambut tepuk tangan dari ratusan santri. Saat akan kembali, ajudan Jokowi membisikan kepadanya agar meminta hadiah sepeda kepada Jokowi. Ibnu pun kembali mendekat ke arah Jokowi. Sambil malu-malu ia mengatakan, bahwa dirinya disuruh meminta hadiah sepeda.

"Terose kulo dikengken nyuwun sepeda (katanya,saya disuruh minta sepeda)," kata Ibnu.
Mendengar hal itu, Jokowi pun tertawa. "Kok tirose, lha mas Ibnu purun mboten," katanya.
"Nggih monggo kerso," kata Ibnu.
"Monggo kerso, nggih mboten mawon. Saya ini nggak bawa sepeda, tapi besok saya kirim sampai ke sini," timpal Jokowi sambil tertawa.

Jokowi kemudian meminta Ibnu untuk mencatat alamat dan menyerahkannya kepada ajudannya



Editor: Irsyadus Syafi'i
Sumber: TRIBUNNEWS.COM