Kenapa Kita Menangis? meneteskan air mata dalam kerinduan.
Katakanlah rindu kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Atau rindu-rindu sekunder lainnya.
Sebab air mata adalah perwakilan dari miskin, sempit dan terbatasnya kata dan bahasa dalam mengungkapkan rindu.
Tatkala kata-kata sudah habis dalam mengekspresikan rindu sementara dalam hati kecamuknya masih menggebu-gebu ingin temu dan jumpa. Maka satu yang akan terjadi, air mata itu akan jatuh menetes mengalir meneruskan bahasa lisan yang sudah habis diungkapkan sementara bahasa hati tak nampak kecuali dengan air mata.
Tak ingatkah, waktu kita kecil begitu sering menangis? sebab apa? sebab koleksi kata dan bahasa kita sedikit maka buru-burulah hati mengungkapkan rindu dan inginnya dengan tetesan air mata, seperti rindu untuk dibelai dan diperhatikan saat jatuh, rindu segera dibelikan mainan saat ingin, dan rindu-rindu lainnya.
Sementara tatkala bayi? hampir semua kita ekspresikan dengan tangis dan air mata. Mengapa?
Sebab tatkala bayi, kita belum punya koleksi bahasa dan kata. Hanya air mata sebagai bahasa yang bisa diungkapkan dalam menyampaikan rasa dan rindu. Rindu belaian ayah bunda, rindu ditemani tatkala sendiri, rindu ingin minum ASI tatkala haus, rindu istirahat tenang tatkala sakit dan rindu-rindu lainnya.
Perlahan semakin bertambahnya usia kita, selama itu pula bertambah koleksi bahasa dan kata-kata kita, maka sejauh itu pula kita mulai jarang menangis. Maka hampir bisa dipastikan tatkala air mata itu jatuh, adalah momen di mana kata lisan habis dalam meratapi dan mengekspresikan bahasa yang ingin diungkapkan hati.
Rindu Pada Baginda Nabi, sudahkah membuat bahasa kita habis dalam memujinya dan mengekspresikan kerinduan itu? jika belum ada air mata yang menetes maka masih banyak ekspresi dan kata yang belum kita senandungkan, dan jika sudah mengalir jatuh menetes, maka itu pertanda, gejolak rindu yang sudah habis dan tak bisa diungkap dengan kata-kata.
(Irsyadus Syafi'i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar