Catatan :

Kamis, 29 Maret 2018

Gaet Siswa Baru, Lembaga Pendidikan NU Pacitan Gencar Promosi

Pacitan, MH Online
Sekolah sekolah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Pacitan Jawa Timur gencar melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh siswa baru untuk tahun ajaran 2018/2019.

Diantara lembaga pendidikan NU yakni Sekolah Dasar Nuril Islam (SD Nuris) Pacitan yang berdiri sejak tahun 2015 menggelar berbagai macam kegiatan untuk menggaet peserta didik baru. sebagaimana yang dilakukan pada Kamis (29/3), menggelar bazar buku dan pentas seni anak. 

Kegiatannya meliputi, lomba fashion show busana muslim tingkat TK sederajat se-kecamatan Pacitan dan Kecamatan Arjosari, lomba mewarnai, dan lomba memasak nasi tiwul antar wali murid dan kegiatan akan berlangsung hingga Sabtu (31/3) di halaman SD setempat.

"Pentas seni ini merupakan agenda tahunan, dan ini adalah tahun keempat kami melaksanakannya. Tujuan utamanya tentu saja adalah untuk lebih mengenalkan SD Nuris kepada masyarakat," terang Noka Dewi Ariyanti, salah seorang Guru SD Nuris

Istighosah dan Doa Bersama SMP/SMK Miftahul Huda Menuju Suksesnya UNBK 2018


Ngadirojo, MH Online
Jelang pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2018 para pelajar Kelas IX/XII SMP/SMK Miftahul Huda menggelar Istighosah dan Doa Bersama di halaman Miftahul Huda Jln. Cucak Rowo No.25 Wiyoro Ngadirojo Kamis 29 Maret 2018. Hal itu dilakukan agar siswa siswi mendapat kemudahan dalam melaksanakan UNBK 2018 .(29/03/2018)

Acara Istighosah dan Doa Bersama dipimpin oleh Gus Zaki Alwan diikuti Kepala Sekolah SMP/SMK Miftahul Huda, dewan guru dan siswa-siswi serta orang tuanya.

Segala persiapan mulai dari jasmani maupun rohani dari siswa-siswi seperti Istighosah dan Doa Bersama  serta yang paling Tradisi di Miftahul Huda adalah berkunjung/silaturahmi ke kediaman Guru Guru dan Ulama untuk minta doa dan restu kepada beliau.

Doa merupakan wujud permohonan kepada Allah SWT untuk meminta bantuan dan perlindungan, sebab manusia diciptakan oleh-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Inilah alasan kenapa kita mengajak seluruh siswa-siswi untuk berdoa, tidak lain demi kemudahan dan kelancaran menghadapi semua ujian baik itu ujian sekolah maupun ujian nasional

Rabu, 28 Maret 2018

Pemerintah Saja Tidak Cukup, NU Harus Genjot Kesadaran Teknologi

Jakarta, NU Online
Teknologi berkembang begitu pesat. Satu perubahan ke perubahan lagi tidak berjarak begitu lama. Menurut Praktisi Teknologi Elwin Andririanto, negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) sudah menemukan sumber daya lain di bumi ini. Misalnya mereka menemukan emas yang jumlahnya 80 ribu kali lebih banyak dari yang ada di bumi. Emas tersebut berada di sebuah asteroid.

Jerman, lanjutnya pada kegiatan Ngaji Teknologi di Perpustakaan PBNU, Gedung PBNU lantai 2, Jakarta, pada Rabu (28/3), sudah berhasil membuat matahari buatan di bumi. Bangsa Jerman heboh dengan fusi yang menghasilkan matahari tersebut.

Tak berhenti di situ, alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu juga mengungkapkan bahwa teknologi saat ini sudah mampu membuat jantung yang dibuat sedemikian rupa dan dicetak dengan mesin pencetak tiga dimensi. Itu berhasil hidup.

Faedah Istiqamah Berdzikir La Ilaha illallah Muhammad Rasulullah

Dzikir Lâ Ilâha illalLâh Muhammad RasûluLlâh sering kita dengar lantunannya. Dzikir ini terdiri dari 2 pernyataan. Yang pertama adalah mengesakan Allah, yakni tiada yang memiliki sifat ulûhiyah atau ketuhanan kecuali Allah, dan yang kedua adalah penegasan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.

Sudah lazim bahwa tiap-tiap dzikir memiliki faedah. Ya, meski itu bukanlah tujuan utama dari dzikir. Tujuan utamanya adalah mendekatkan kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Lantas, apakah faedah dari dzikiran ini?

Disebutkan dalam kitab Syarah Ummul Barâhîn karya Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusy al-Asy’ary (Jakarta, Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2013, halaman 72), keutamaan-keutamaan mengistiqamahkan dzikiran ini. Faedah tersebut terbagi menjadi dua, pertama kembali kepada budi pekerti yang baik dalam agama, yang kedua kembali kepada karamah.

Kiai Maschan Moesa Minta Generasi Muda NU Tampil sebagai Dai Milenial

Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur menggelar haul pertama Almarhum KH Hasyim Muzadi di Ruangan Kertoraharjo Gedung PWNU Jawa Timur, Selasa (27/3). 

KH Hasyim Muzadi dikenal sebagai kiai humoris dan piawai dalam berdakwah. "Yang paling sulit kita tiru adalah setiap memulai ceramah Kiai Hasyim selalu membaca ayat terlebih dahulu," kata KH Ali Maschan Moesa, Wakil Rais PWNU Jatim.

Kiai Ali Maschan mengatakan, Kiai Hasyim kalau ceramah selalu runtut, bagi Kiai Hasyim berceramah untuk NU itu mutlak, yang sulit akan menjadi mudah. Saat ini sudah banyak para dai yang pintar mengambil hati masyarakat, namun di NU masih belum muncul.

"Sudah seharusnya generasi IPNU-IPPNU mengambil peran ini, karena mereka ini termasuk generasi milenial. Generasi NU harus belajar kepada Kiai Hasyim dalam berceramah," kata Mantan Ketua PWNU Jatim ini.

Selasa, 27 Maret 2018

Kiai Said: Nabi Miliki Nasionalisme yang Tinggi

Blitar, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan 15 abad yang lalu Nabi Muhammad SAW sukses membangun umat yang tidak berdasarkan agama dan suku. Nabi berhasil membangun Kota Yastrib atau Madinah atas dasar pluralisme dan tanpa memandang adanya perbedaan.

”Nabi Muhammad SAW berhasil menyatukan manusia tanpa melihat suku, agama dan bangsa," ujar Kiai Said dihadapan ribuan warga nahdliyin di Kampung Coklat, Kabupaten Blitar Jawa Timur, Selasa (27/3).

Menurut Kiai Said, Nabi Muhammad juga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Karena meskipun sudah delapan tahun tinggal di Yastrib, dia ingin kembali ke Makah. Pada waktu kembali ke Makah, Rasulullah membawa belasan ribu tentara.

“Hal tersebut sempat membuat musuh Islam mengira prajurit muslim akan balas dendam. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Rasulullah tidak mengizinkan prajuritnya melakukan dendam dengan kerendahan hati dan indahnya akhlak,” jelasnya.

Senin, 26 Maret 2018

Saat Kiai Bambu Runcing Menangis

KH Subchi Parakan. (Istimewa)
Perjuangan melawan dan mengusir penjajah bagi bangsa Indonesia tidak cukup hanya bermodalkan kekuatan fisik dan senjata, tetapi juga kekuatan batin. Kekuatan ini diperoleh dari orang-orang sholeh yang mempunyai amalan khusus yang mampu membangkitkan semangat berjuang.

Salah satu tujuan ratusan bahkan ribuan tentara Hizbullah, Sabilillah, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ialah Kiai Haji Subchi Parakan. Kiai yang berumur 90 tahun pada 1945 itu ikut berjasa dalam memberikan kekuatan batin kepada para pejuang dengan cara memberikan amalan dan doa yang disepuhkan pada bambu runcing, senjata para pejuang saat itu dalam mengusir tentara sekutu di Semarang, Ambarawa, Surabaya, dan daerah-daerah lainnya.

Dengan senang hati, Kiai Subchi menyepuh satu per satu bambu runcing dari ribuan tentara yang saat itu sengaja datang ke Parakan untuk keperluan memperoleh kekuatan batin itu. Namun di sisi lain, hati Kiai Subchi menyimpan kesedihan mendalam karena semakin hari, tentara tak ada habisnya mendatangi kediamannya. Ia merasa banyak kiai lain di sejumlah daerah di Indonesia yang tentu lebih mampu dan sholeh dibanding dirinya.

Minggu, 25 Maret 2018

Majalah NU dan Santri Indonesia di Mekkah

Madrasah Shaulatiyah, Makkah, pada suatu siang, di tahun 1934. Zulkifli, seorang pelajar, menerima kiriman Majalah Berita Nahdlatoel Oelama dari Indonesia. Sebagaimana biasanya, adik KH Zubair (Salatiga, kelak menjadi Rektor Pertama IAIN Walisongo) ini membacanya dengan antusias bersama kawan-kawannya sesama orang Indonesia. Tak disangka, gurunya tahu lalu memaksa mengambil majalah tersebut, merobek-robeknya dan membuangnya ke arah jendela di lantai tiga lembaga pendidikan tersebut. Peristiwa ini membuat para siswa sewot. Namun yang lebih membuat muntab mereka adalah kalimat penghinaan yang dilontarkan guru tersebut: “Kalian orang-orang Jawa [Indonesia] adalah bangsa yang berbudi rendah!”

Kejadian di siang hari itu benar-benar menyakiti hati para pelajar. Mereka dengan kompak mogok belajar. Kegiatan di madrasah pun lumpuh. Sebab, 95% siswa di Shaulatiyah berasal dari Indonesia. Demikian juga sebagian pengajarnya. Karena sudah terlanjur sakit hati, maka aksi ini berlanjut dengan tindakan yang tak kalah mencengangkan: para pengajar asal Indonesia memutuskan mendirikan sebuah madrasah sendiri.

Sabtu, 24 Maret 2018

Hakikat Kemuliaan Manusia: Subjek atau Objek?

Orang mulia bukanlah orang yang di mana-mana dimuliakan orang, tetapi adalah orang yang senantiasa berbuat kemuliaan. Jadi orang mulia adalah subjek dan bukan objek. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat, ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu."

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mulia adalah para pelaku perbuatan mulia, yakni mereka yang melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. 

Jadi mulia tidaknya seseorang tidak ada hubungannya dengan bagaimana ia diperlakukan di tengah-tengah masyarakatnya seperti dihormati atau tidak, tetapi sejauh mana ia melakukan perbuatan-perbuatan mulia yang disebut ketakwaan seperti beriman kepada Allah, berbakti kepada orang tua, sabar, jujur, adil, rendah hati, menghormati orang lain dan sebagainya. 

Jumat, 23 Maret 2018

Operasi Anaknya Dibantu NU Care, Taryana Tak Perlu Jual Rumah

Sumedang, NU Online
Taryana dan Vety terlihat sumringah menyambut kedatangan kami di rumah mereka, di  Desa Sukamanah, RT 02/RW 03 Kecamatan Wado, Kabupaten  Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/3) siang. 

Pasangan suami istri yang telah menikah empat tahun itu menyilakan kami duduk dan mencicipi pisang goreng serta kopi yang sudah mereka persiapkan. Perjalanan hampir enam jam dari Jakarta, membuat kami segera larut dalam hangat kopi dan obrolan bersama Taryana beserta keluarganya.

Saat itu dari pihak kami terdiri dari dua orang kru NU Online, satu staf NU Care-LAZISNU dan satu orang sopir. 

Kedatangan kami siang itu adalah untuk menjenguk Faysal Kayana. Selain itu juga untuk menyerahkan dana bantuan pengobatan Faysal yang berasal dari sumbangan donatur NU Care-LAZISNU termasuk yang dihimpun melalui lamam Kitabisa.

Baca: NU Care Bantu Warga Sumedang yang Alami Masalah Kesehatan)
Faysal yang kini berusia tiga tahun adalah anak Taryana dan Vety yang sebelumnya menderita hirschsprung's disease. Itu adalah penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat lemahnya pergerakan usus.

Politik Kebangsaan dan Perdamaian Dunia, Misi Musda Jatman Jatim

Pasuruan, NU Online
Idarah Wustha Jatman Provinsi Jawa Timur bakal menggelar Musyawarah Daerah di Lapangan Universitas Yudharta Pasuruan yang berada di Pondok Pesantren Ngalah, Pasuruan, Jawa Timur. Politik kebangsaan dan terawatnya perdamaian dunia menjadi misi besar capaian Musda ke-4 yang diagendakan 31 Maret-1 April 2018 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan Pengasuh Pesantren Ngalah, KH Sholeh Bahrudin saat dihubungi NU Online, Kamis (22/3). Ia menyebut antara tarekat dan Pancasila sangat berhubungan.

“Hubungan tarekat dengan NKRI dan Pancasila, bahwa kewajiban tarekat berbuat baik kepada sesama dan semua makhluk ciptaan Allah. Tidak sekadar perkataan saja, tetapi harus dipraktikkan," terang kiai yang juga Rais Aam Tsany Jatman Indonesia.

Wakil Ketua Pelaksana Musda, M Dayat menuturkan misi besar penyelenggaraan Musda ke-4 yaitu politik kebangsaan akan membawa perdamaian dunia.

Kamis, 22 Maret 2018

Ramalan Indonesia Bubar 2030, KH Ma’ruf Amin: Justru RI Semakin Kuat

Jakarta, NU Online
Rais Aam Nahdlatul Ulama yang juga Ketua Umum MUI Pusat KH Ma’ruf menegaskan, ramalan Indonesia bubar di tahun 2030 tidak tepat. Justru menurutnya, Indonesia semakin kuat.

"Kalau orang mengatakan Indonesia bubar, itu dari mana tandanya? Justru RI semakin kuat," ujar Kiai Ma'ruf Amin, Kamis (22/3) di Jakarta.

Tanda semakin kuatnya Indonesia menurut Pengasuh Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten ini, negara-negara di dunia ramai-ramai ingin belajar ke Indonesia. Sebab, Indonesia dinilai berhasil merawat perdamaian di tengah perbedaan.

Menurut Kiai Ma’ruf, peran civil society seperti organisasi keagamaan, komunitas budaya, dan perkumpulan-perkumpulan lain turut berjasa dalam menciptakan keharmonisan bangsa.

Rabu, 21 Maret 2018

Pagar Nusa Bertemu Presiden Jokowi, Ini Hasil Pertemuannya

Jakarta, NU Online 
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa, M. Nabil Haroen bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/3). 

Pada kesempatan itu, Presiden memerintahkan TNI dan Polri untuk bekerja sama dengan Pagar Nusa, termasuk rekrutmen anggota TNI-Polri dari santri Pagar Nusa.

Presiden menyampaikan permohonan maaf karena tidak dapat hadir pada agenda Ijazah Kubro dan Pengukuhan Pimpinan Pusat Pagar Nusa di Cirebon Jawa Barat, pada akhir Januari 2018 lalu. Presiden Jokowi berjanji akan hadir pada agenda Pagar Nusa yang akan datang.

Selasa, 20 Maret 2018

Wirid Kiai Arwani Amin agar Mendapatkan Anak Shalih

KH Arwani Amin (serban putih) bersama KH Baidhowi,
pengasuh ke-2 Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin
Kiai Arwani merupakan ulama masyhur di Indonesia, terlebih di Pulau Jawa. Murid dari Kiai Muhammad Munawir, Krapyak, Yogyakarta ini juga dikenal sebagai kiai ngabéhi yang berasal dari bahasa Jawa kabeh. Kabeh artinya semua. Jadi ngabéhi mempunyai arti menyeluruh/menguasai. Maksudnya keilmuan Kiai Arwani adalah menyeluruh, menguasai berbagai macam bidang keilmuan. 

Tidak hanya alim di bidang qira'ah sab'ah, yang terkenal atas terbitan karyanya kitab Faidlul Barakât fî Sab'il Qirâ'at yang aplikatif dan mudah dicerna untuk orang yang belajar mendalami Al-Qur'an melalui tujuh imam qira'at, Kiai Arwani juga cakap di bidang keilmuan-keilmuan lain seperti nahwu, sharaf, balaghah, fiqih, ilmu falak, dan lain sebagainya. 

Selain berbalut kepribadian akhlak luhur serta keluasan ilmu yang dia miliki, pendiri Pesantren Yanbu'ul Qur'an ini juga diberi anugrah oleh Allah subhanahu wa ta'ala berupa keluarga bahagia, semuanya ahli Qur'an.

Senin, 19 Maret 2018

Google Rayakan Ulang Tahun Ke-97 Tokoh Lesbumi NU, Usmar Ismail

Jakarta, NU Online 
Mesin pencarian Google merayakan ulang tahun ke-79 Usmar Ismail dengan menampilkannya di Google Doodle hari ini, Selasa (20/3). Tampilannya adalah pria berkacamata dengan sebuah kamera. Tidak heran karena memang dia ada tokoh film nasional.

Salah satu karyanya adalah Darah dan Doa (1950). Film ini  kemudian menjadi tonggak film Indonesia. Pemerintah menetapkan Hari Film Nasional berdasarkan hari pertama syuting Darah dan Doa, 30 Maret.

Saat Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) didirikan di Bandung pada 28 Maret 1962, para kiai NU mempercayakan Usmar Ismail sebagai ketua umum pertama. Tokoh seni yang duduk di kepengurusan saat itu di antaranya Jamaluddin Malik, Asrul Sani, Anas Ma’ruf, dan lain-lain. 

Habib Luthfi Jelaskan Cara Mengenal dan Dikenal Allah

Jakarta, NU Online
Rais Aam Jam’iyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengajak kepada ribuan jamaah pengajian rutin Jumat Kliwon dan masyarakat secara umum untuk berusaha mengenal sekaligus dikenal Allah SWT.

Hal ini ia sampaikan ketika memberikan taushiyah usai melakukan dzikir dan shalawat berjamaah, Jumat (16/3) lalu di gedung Kanzus Sholawat Pekalongan, Jawa Tengah.

Menurutnya, melihat segala sesuatu mestinya dengan menggunakan mata batin atau basyirah. Dengan penglihatan tersebut, lama-lama manusia akan mengenal dan dikenal Allah.

“Imam Syafi’i mengajak kepada manusia agar melihat segala sesuatu dengan basyirah, mata hati lebih jauh untuk mengenal Allah SWT,” ujar Habib Luthfi dalam majelis yang juga dihadiri oleh Quraish Shihab dan Alwi Shihab itu.

Minggu, 18 Maret 2018

Amalan Sayyidina Ali saat Malam Satu Rajab

Tidak ada perselisihan dari ulama mana pun tentang keistimewaan bulan Rajab. Di dalam hadits yang bersumber dari Anas dengan kualitas hadits yang menurut Imam asy-Syaukani dalam Nailul Authar adalah hasan mursal, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
 
رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَشَعَبَانُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِيْ

Artinya: “Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku. (Jâmi'ul Ahadits, Hadits Nomor 12682)

Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab al-Ghun-yah meriwayatkan, Sayyidina Ali karramallahu wajhah mengintensifkan diri beribadah pada empat malam dalam setahun.

Ini Lafal Niat Puasa Rajab


Ini Lafal Niat Puasa Rajab
Sebentar lagi kita memasuki bulan Rajab. Kita dianjurkan untuk berpuasa pada bulan rajab mengingat besarnya keutamaan puasa sunah di bulan Rajab. Tetapi kita juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Rajab di malam harinya. Berikut ini lafal niat puasa Rajab:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ رَجَبٍ لِلهِ تَعَالَى


Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnati Rajabin lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Rajab esok hari karena Allah SWT.”

Orang yang ingin berpuasa sunah Rajab di siang hari tetapi tidak sempat melafalkan niat dan berniat puasa di malam harinya boleh menyusul pelafalan niat dan memansang niat sunah puasa Rajab seketika itu juga. Kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib. Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Bacaan Pembersih Hati Menurut Habib Luthfi

Jakarta, NU Online
Pengasuh Majelis Kanzus Sholawat Pekalongan, Jawa Tengah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menekankan kepada jamaahnya untuk selalu berupaya membersihkan hati.

Menurutnya, upaya tazkiyatun nafs itu penting dilakukan di tengah zaman yang penuh dengan prasangka buruk atau su’udzon sekarang ini.

“Imam Syafi’i mengajak kepada manusia melihat segala sesuatu dengan basyirah, mata hati lebih jauh untuk mengenal Allah SWT,” jelas Rais Aam JATMAN ini pada pengajian Jumat Kliwon, Jumat (16/3) di Pekalongan.

Dalam pengajian rutin kliwonan yang dihadiri oleh Pakar Tafsir Prof Muhammad Quraish Shihab dan adiknya Alwi Shihab ini, Habib Luthfi mengungkapkan, ketika manusia berusaha berpikir baik, godaan su’udzon sangat besar.

Menurutnya, ketika perbuatan baik tercampur dengan prasangka buru, maka itu akan menipu. Tetapi ketika dikembalikan kepada Allah, kata Habib Luthfi, Insyaallah hati itu akan bersih.

Sabtu, 17 Maret 2018

Dakwah Online Diminati Anak Muda di Era Digital

http://miftahulhudapacitan.blogspot.com
Jakarta, NU Online
Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI Mastuki Hs melihat fenomena bahwa dakwa online saat ini diminati anak-anak muda. Hal ini tidak lepas dari mudahnya akses teknologi informasi.

Menurut pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini, ketertarikan anak muda tersebut bisa menjadi ladang dakwah bagi media-media yang memproduksi konten-konten keagamaan selama ini.

“Banyak penelitian menunjukkan ketertarikan anak muda terhadap konten-konten Islam di dunia maya. Dalam hal ini, media Islam mempunyai peran besar secara literatif,” ujar Mastuki Hs saat mengisi Pelatihan Indepht Reporting Kebimasislaman Bagi Media Online, Kamis (15/3) di Jakarta.

Di era milenial ini, lanjutnya, juga ditunjukan semangat tinggi anak-anak muda dalam mempelajari agama. Namun, semangat ini bisa mengalami disorientasi jika tidak mampu memahami esensi agama dengan baik dan benar.

PBNU: Awal Rajab 1439 Jatuh pada Senin 19 Maret 2018

http://miftahulhudapacitan.blogspot.com
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah mengumumkan bahwa tanggal 1 Rajab 1439 H jatuh pada Senin, 19 Maret 2018, persisnya sejak Ahad malam. 

Ikhbar ini diterbitkan berdasarkan pelaksanaan rukyat di berbagai daerah pada Sabtu (17/3) petang yang tak berhasil melihat hilal.

Menurut Ketua Lembaga Falakiyah PBNU, karena tim rukyat tidak menyaksikan bulan sabit tanda awal bulan hijriah, jumlah bulan Jumadil Akhir disempurnakan menjadi 30 hari (istikmal). 

Pengumuman ini sesuai dengan prediksi data hisab yang tertuang dalam almanak resmi Lembaga Falakiyah PBNU yang menyatakan, dari markaz Jakarta, konjungsi  (ijtima') berlangsung pada Sabtu (17/3) pukul 20:13:13 WIB. Tinggi hilal ada pada minus 0 derajat 21 menit 45 detik.

"Terima kasih atas isytirak (partisipasi) dan isham (kontribusi) Nahdliyyin (dalam pelaksanaan rukyat kali ini," ujarnya.

Jumat, 16 Maret 2018

Dulu ‘Serang’ ICMI, Kenapa Sekarang NU Bentuk ISNU?

http://miftahulhudapacitan.blogspot.com
Jakarta, NU Online
Pada 1990 lalu dibentuk organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ada pihak yang pro dan ada pula yang kontra. Pada waktu itu, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menggawangi Nahdlatul Ulama (NU) menentang berdirinya ICMI. Gus Dur menganggap ICMI adalah organisasi sektarian. 

Dua puluh tahun berlalu, kini giliran NU yang mendirikan organisasi macam ICMI, namanya Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU ). Tentu, ada pihak-pihak yang mempertanyakan –bahkan menyerang balik- konsistensi kalangan NU. Bukankan kalangan NU dulu mencibir pendirian ICMI, tapi kenapa sekarang NU mendirikan organisasi serupa?

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) Ali Masykur Musa menjelaskan, masyarakat Islam Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Mereka memiliki latar belakang keislaman yang berbeda-beda.  

Kamis, 15 Maret 2018

Sudahkah Kita Meresapi dan Mengamalkan Makna Basmalah?

http://miftahulhudapacitan.blogspot.com
Bila ada yang beniat mengamalkan Al-Qur’an, mulailah dengan mengamalkan ayat pertamanya, yaitu basmallah dalam setiap aktivitas. Tanpa fondasi basmalah, maka ayat-ayat selanjutnya akan susah diamalkan. Ibarat akan membangun rumah, kuatkan dulu fondasinya. Untuk itu, kuatkanlah pemahaman dan pengamalan bismi-Llâhir rahmânir rahîm.

Di antara sekian nama-Nya yang agung, Allah tidak memilih al-Mâlik (Yang Maha Merajai), al-‘Azîz (Yang Maha Perkasa), al-Mutakabbir (Yang Maha Memiliki Kebesaran), dan lain-lain sebagai "kartu nama" untuk disebut hamba-Nya terus-menerus dalam setiap memulai aktivitas, tapi Dia memilih ar-Rahmânar-Rahîm (Maha Pengasih dan Maha Penyayang).

Ternyata yang pertama disebut dalam ayat Al-Qur’an adalah sifat pengasih dan penyayang. Sudahkah kita meniru sifat Allah ini? Dengan mengamalkan basmillah, maka kita belajar menyayangi orang lain, baik yang berbuat baik maupun berbuat buruk kepada kita. Wali Allah Rabi‘atul Adawiyah tidak memiliki rasa benci kepada iblis karena semua hatinya dipenuhi rasa kasih sayang. 

Rabu, 14 Maret 2018

Puluhan Santri Pacitan Ikuti Lomba Hafalan Juz ‘Amma

miftahulhudapacitan.blogspot.com
Pacitan, NU Online
Dalam rangka peresmian NUsantara Mart di Pacitan yang akan dilakukan pada Ahad (18/3) mendatang, panitia peluncuran NUsantara Mart menggelar lomba Hafalan Juz Amma. Rabu (14/3). Lomba diikuti puluhan santri-santriwati. Mereka berasal dari perwakilan Sekolah(SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Diniyah (Madin) se-kecamatan Pacitan.

Lomba dipandu oleh tiga orang dewan juri dari Jamiyyatul Qurra Wal Huaffadz (JQH NU), Arifin Hamid, Sadidul Qirom, dan Zainuridan. Tampak pula para ustadz-ustadzah santri yang mengikuti lomba kali ini.

Koordinator perlombaan, Arifin Hamid menyampaikan, perlombaan ini dilakukan sebagai rangkaian peluncuran NUsantara Mart. Juga sebagai sarana menggali potensi hafid Al Quran sejak dini.

“Kegiatan ini adalah sebagian rangkaian Launcing NUsantara Mart. Juga menggali potensi para hafid Al Quran sejak dini”ungkapnya

Dia menambahkan, kejuaraan lomba akan diambil mulai I,II, dan III. Sementara kriteria penilaian lomba berdasarkan kelancaran hafalan, tartil, makhorijul huruf, tajwid, dan adab. “Lalu dari kejuaraan tersebut akan diberikan saat acara puncak,”jelasnya.



sumber: pachenews.com

Mari Hujani Medsos dengan Kejernihan Cinta

miftahulhudapacitan.blogspot.com
Hadhramaut, NU Online
Lembaga Media Informasi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Yaman mengadakan diskusi yang bertajuk Tadarus Cinta pada Jumat (9/3) sore di halaman asrama mahasiswa Universitas Al Ahgaff, Hadhramaut, Yaman. 

Ketua PCINU Yaman Ahmad Subhan menceritakan singkat kisah Fudhail bin Iyadh. Sufi masyhur itu mulanya merupakan seorang begal. Lalu, ia bertobat hingga menjadi sufi karena pengaruh cinta. 

"Ini membuktikan bagaimana cinta bisa mengubah seseorang dengan sangat luar biasa," ucapnya meyakinkan. 

Dalam pengantarnya sebagai moderator, Azhari Mujahid mengutip definisi cinta dari Rumi. “Cinta bagaikan api yang melalap segala sesuatu selain sang kekasih,” katanya.

Pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Hadhramaut Munandar Harits mengatakan cinta merupakan emosi yang menuntun pada suatu tindakan. 

“Karya adalah hasilnya,” ujarnya.

Kemenag Dorong Media Islam Tingkatkan Kualitas Konten

miftahulhudapacitan.blogspot.com
Jakarta, NU Online
Kementerian Agama RI melalui Bimbingan Masyartakat Islam (Bimas) berkomitmen mendorong media-media Islam untuk meningkatkan kualitas konten pemberitaan keislaman. Upaya itu dilakukan dengan mmengadakan Pelatihan In-dept Reporting Media Islam di Hotel Lumire, Jakarta, Rabu (14/3) malam.

Peserta pelatihan itu adalah 60 wartawan dan wartawati dari 30 media Islam di antaranya NU Online, dari Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. 

Menurut Kasubag Humas Bimas Islam Sigit Kamseno, para wartawan itu dipertemukan untuk diperkuat kapasitas dalam peliputan mendalam. Mereka akan sharing dengan wartawan senior dari Republika dan Majalah Gatra. 

“Ini komintem kita bermitra dengan media-media Islam dalam meningkatkan narasi,” katanya pada pembukaan kegiatan tersebut. 

Pada pelatihan itu, menurut Sigit, para wartawan tidak hanya sharing teori in-dept reporting, tapi juga langsung praktik.

Selasa, 13 Maret 2018

Sejumlah Karomah Rabi’ah al-Adawiyah

http://miftahulhudapacitan.blogspot.com/
Rabi’ah al-Adawiyah adalah sedikit dari ulama sufi perempuan yang sangat disegani dalam sejarah peradaban Islam. Pemikiran dan laku spiritualnya terus dikaji hingga hari ini. Berbagai macam kisah hidupnya pun sudah banyak dikupas dan ditulis dalam banyak buku. 
Termasuk soal ajaran cinta (mahabbah). Selain Jalaluddin Rumi, Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufi yang mengusung mazhab cinta. Cintanya kepada Allah begitu dalam dan kuat. Sehingga ia tidak mampu mencintai yang lainnya karena cintanya hanya untuk Allah. 

Rabi’ah menyembah Allah dengan dasar cinta (hubb), bukan karena takut atau harap (roja’ dan khauf)sebagaimana kebanyakan orang. Karena saking cintanya kepada Allah, Rabi’ah pernah berujar bahwa ia tidak mendambakan surga dan tidak takut kalau dimasukkan neraka.

Rabi’ah dikenal sebagai sebagai hamba yang sangat patuh dan taat kepada Allah. Bahkan, setiap hembusan nafasnya selalu diiringi dengan dzikir kepada Allah. Dalam urusan beribadah kepada Allah, ia adalah orang sangat istiqomah. Ketaatan yang begitu tinggi kepada Allah membuatnya dikenal sebagai waliyullah (wali Allah).

Senin, 12 Maret 2018

LPNU Tarub Luncurkan Kedai Kopi ‘de NUT’

Tegal, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) tengah fokus menggerakkan kemandirian ekonomi warga Nahdliyin. Dalam rangka mewujudkan hal itu, Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Tarub, Tegal, Jawa Tengah meluncurkan kedai kopi yang dinamai ‘de NUT’, Ahad (11/3).

‘De NUT’ merupakan akronim dari divisi ekonomi Nahdlatul Ulama Tarub. “Kedai kopi dilipih karena tren pangsa pasarnya menarik,” ucap H Agung, ketua LPNU Tarub.

Pemilihan tanggal 11 Maret sebagai hari peluncuran bukan tanpa alasan. Hal tersebut mengingatkan pada Semar. “Harapannya sesuai tokoh Semar yang bijaksana. Dari ngopi-ngopi itu tercipta pemikiran-pemikiran yang bijaksana seperti kaul ulama-ulama terdahulu tentang khasiat kopi,” kata Syamsul Azhar, Ketua MWCNU Tarub.

Bupati Tegal Enthus Susmono pun memberikan kenang-kenangan berupa wayang Semar yang diletakkan di dinding kedai. Dalam sambutannya, ia mengutip nasehat bijak tentang tokoh punakawan wayang itu.

Minggu, 11 Maret 2018

PCNU Pacitan Rintis Usaha Ritel Nusantara Mart

Warga Pacitan, khususnya kalangan Nahdatul Ulama (NU) diimbau tidak loyo di tengah himpitan penetrasi pasar dari pelaku usaha luar daerah. Justru dengan masifnya kompetisi usaha diharapkan bisa menjadi motivasi untuk lebih berinovasi. Pernyataan tersebut diungkapkan H. Mahmud, Ketua PCNU Pacitan, Senin (12/3).

"Memang perlu adanya sebuah terobosan untuk bisa memberdayakan dan penguatan ekonomi bagi masyarakat lokal. Karena itu, ormas NU dengan menggandeng semua unsur masyarakat tanpa kecuali tengah merintis sebuah usaha ritel yang diberi nama Nusantara Mart. Ritel ini sebagaimana rencananya akan didirikan di semua kecamatan yang ada di Pacitan. Namun untuk awal rintisan akan dibuka satu ritel di Kecamatan Pacitan," kata Mahmud.

Menurut Mahmud yang juga menjabat sebagai Sekretaris BP2KD ini, agar rintisan itu bisa segera berjalan diperlukan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat. Yaitu dengan kepemilikan saham pada usaha tersebut.

Mayoran, Sebuah Tradisi Makan Bareng Ala Santri Miftahul Huda Lorok


https://miftahulhudapacitan.blogspot.co.id
Tradisi makan bareng di pondok pesantren memiliki nama yang berbeda tergantung daerah mana pondok itu berasal, ada yang menyebut makan bareng di pesantren dengan sebutan ‘kentongan’, hal ini dikarenakan saat makanan sudah matang si tukang masak memberi tahu teman-temanya dengan memukul kentong agar mereka segera berkumpul. Ada pula yang menyebut makan bareng dengan sebutan lengseran atau mayoran.

Di dunia pondok pesantren khususnya Pondok Miftahul Huda Ngadirojo mayoran adalah tradisi makan bersama yang biasa digelar pada hari-hari libur, hari-hari biasa atau ketika penutupan kegiatan pondok pesantren.

"Madang madang madang madang," yang sering terucap dari santri Naseh Hamid  😁

Pada umumnya mayoran digelar oleh sekawanan santri yang tinggal di kamar/asrama yang sama. Mereka bermusyawarah untuk menentukan menu, besaran uang iuran dan tugas yang dilakukan oleh masing-masing personel. Dimulai dari belanja bahan makanan yang akan dimasak, mencari kayu bakar dan tentu saja tugas memasak.

Sabtu, 10 Maret 2018

Latian Rutin PSNU Pagar Nusa di Pondok Pesantren Miftahul Huda Ngadirojo Pacitan


Latian Rutin PSNU Pagar Nusa di Pondok Pesantren Miftahul Huda Ngadirojo Pacitan
Ngadirojo-Pacitan, NU Online
Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa Pimpinan Anak Cabang Ngadirojo kembali lagi melakukan kegiatan rutin yaitu latian pencak silat, latian yang berlangsung pukul 20.00 WIB - selesai malam ahad di Lapangan Pondok Pesantren Miftahul Huda Ngadirojo (10/03/18).

Sugiarto selaku pelatih mengatakan, malam ahad dipilih sebagai waktu pelatihan karena pada malam itu merupakan malam yang cocok untuk para santri dari pondok maupun dari luar pondok. “Jadi tidak cukup menggangu kegiatan santri-santri yang selain punya kegiatan mengaji dan kegiatan-kegiatan lain di pondok, serta tanggungan dari sekolah, yang ikut latian pencak silat ini ada yang masih SMP dan ada juga yang sudah SMA” ujarnya.

Guru adalah tali penghubung antara manusia yang kosong, dengan ilmu adanya guru akan membuat ilmu yang tidak akan pernah putus apabila terus diamalkan dan disampaikan kepada orang lain. Berpegang teguh atas kata tersebut Pagar Nusa sebelum memulai melakukan latian diwajibkan untuk selalu membaca tawasul kepada guru-guru yang telah menjembatani ilmu kepada para pesilat serta dilanjutkan ikhrar prasetya Pagar Nusa, materi jurus serta fisik.

Ketua Pagar Nusa Pacitan, Arif Susilo pernah menyampaikan di acara festifal Pagar Nusa ke-2 di Pondok  Pesantren Al-Fatah Kikil Arjosari, pencak silat adalah seni bela diri tradisional asli Indonesia.

“Pencak silat Pagar Nusa mengandung nilai seni, olahraga dan juga spiritual dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tuturnya.

Jumat, 09 Maret 2018

Potret Masyarakat Sakit di Era Media Sosial

Potret Masyarakat Sakit di Era Media Sosial

Jakarta, NU Online
Masyarakat di era media sosial ini bisa dikatakan sebagai masyarakat sakit. Tidak sehat jiwanya. Dalam artian, pertama, gampang su’udzon, gampang berburuk sangka kepada orang lain.

Hal itu diungkapkan oleh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung KH Ahmad Ishomuddin kepada NU Online, Selasa (6/3) lalu di Jakarta.

Yang kedua, sambung Ishom, seringkali sebuah berita tidak dikritisi. Apakah berita tersebut sudah benar atau perlu dikroscek terlebih dahulu, masyarakat masih mudah terpengaruh.

“Jadi tidak kritis, tidak logis dalam berpikir sehingga apapun yang sebuah berita langsung dibenarkan dan langsung disebarluaskan,” ujar pria yang juga aktif berdakwah di media sosial ini.

Ia menjelaskan, meskipun tidak semuanya, masyarakat di era media sosial tidak pernah berpikir apakah sebuah berita bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat luas. “Itu tidak pernah dipikirkan yang penting ikut menyebarluaskan,” terangnya.

Ketiga, menurutnya, tabayun atau klarifikasi tidak pernah dilakukan oleh orang-orang tertentu ketika menerima informasi.

“Inilah yang sebenarnya menyebabkan kekacauan-kekacauan di pikiran manusia di negeri kita ini. Karena itu, tidak boleh kita ikut serta menyebarkan fitnah, hoaks, dan adu domba,” tegas Kiai Ishom.