Lumajang, NU Online
Dalam setiap acara akad nikah, calon mempelai pria menyampaikan kata qabiltu sebagai tanda setuju dan menerima atas permintaan mahar dari calon istri. Hal tersebut terlihat ringan dan sederhana, namun memiliki bobot yang demikian berat dan agung.
“Karena di balik kata qabiltu atau kalimat saya terima nikah dan seterusnya ada hal yang sangat agung yakni tanggung jawab,” kata KH Hasyim, Ahad (4/3). Penekanan tersebut disampaikan saat memberikan mauidhah nikah salah seorang warga di Desa Krai, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Terkait tanggung jawab, Kiai Hasyim mengingatkan sebuah Hadits yang menandaskan agar setiap suami untuk berbuat baik kepada istrinya. “Sebab, mereka itu bagaikan tawanan di sisi kalian. Kalian tidak berkuasa terhadap mereka sedikit pun selain itu, kecuali bila mereka melakukan perbuatan nista,” katanya di hadapan hadirin.
Pada kesempatan tersebut, ia juga mengemukakan bahwa perintah nikah sebagai syariat Allah. “Siapa yang mampu tapi ternyata tidak segera menikah, maka tidak diakui sebagai umat Nabi,” jelasnya.
Sebagai sunnah Nabi, maka nikah memberikan banyak manfaat. Termasuk menghindari dari pergaulan bebas yang sekarang mulai merambah kalangan anak muda tidak hanya di kawasan kota, juga pedesaan.
Kiai Hasyim turut memberikan catatan agar meniati nikah sebagai sarana membentengi diri. “Agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan zina yang demikian dilaknat,” tandasnya. Saking beratnya dosa zina tersebut sampai dipersaksikan oleh Malaikat Jibril saat menemani Nabi Muhammad pada peristiwa Mi’raj, lanjutnya.
Baginya, sejumlah musibah dan malapetaka yang melanda negeri ini tidak dapat dipisahkan dari pembiaran perbuatan zina. “Karena dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa bila perbuatan zina dilakukan dengan terang-terangan, maka adzab Allah akan segera ditimpakan,” sergahnya.
Terhadap adanya kekhawatiran dan kurangnya kepercayaan diri lantaran belum memiliki penghasilan yang memadai, Kiai Hasyim berharap hal tersebut bukan sebagai hambatan untuk segera menikah. “Jangan ditunggu dengan waktu lama dan dengan alasan apapun,” pesannya.
Dirinya kembali melakukan kritik terhadap sejumlah anak muda yang justru menghabiskan waktunya lewat pacaran dengan alasan mengenal pasangan lebih dalam. “Hal tersebut justru merugikan banyak kalangan,” sergahnya.
Sedangkan yang diharapkan dari sebuah pernikahan adalah lahirnya keturunan atau anak. “Untuk diketahui, investasi akhirat dan terbaik adalah anak shaleh dan shalihah. Karena dari anak-anak seperti inilah orang tua akan tenang saat trelah meninggal lantaran mendapatkan kiriman kebaikan,” pungkasnya.
sumber: http://www.nu.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar